Tidak saya sangka, novel Penulis Yang Disayangi Tuhan tulisan Bahruddin Bekri ini menghentak jiwa saya yang saat ini dalam keadaan yang kelabu, seperti mana Usamah yang samar-samar melalui proses-proses dalam kehidupannya dalam mencari erti sebagai seorang penulis. 

Novel Penulis Yang Disayangi Tuhan
(https://www.jtbooks.my/produk/penulis-disayangi-tuhan/)

Novel ini sememangnya sebuah novel yang membangkitkan jiwa, sekali sekala menggoncang jiwa yang kadang alpa. Setiap muka surat novel ini begitu bermakna, tanpa sedar turut memujuk jiwa saya untuk memupuk sabar.

Teringat saya pada kata-kata salah seorang sahabat saya, “Sabar itu hidup, hidup ini ialah sabar. Kita tidak dapat hidup kalau tidak dapat bersabar. Kita tidak akan dapat bersabar kalau hati ini tidak hidup.”

Kata-katanya masih saya ingat sampai ke hari ini. Pada ketika itu, saya benar-benar merasakan bagai hilang arah. Tahun yang saya anggap tahun gelap bagi saya. Tahun yang sememangnya sukar untuk saya tempuh, tahun 2018. Pesannya ringkas, tapi cukup untuk membuatkan saya perlahan-lahan menghadapi proses dengan sabar.

Sepanjang proses itu, perlahan-lahan jiwa yang meronta-ronta ingin cepat-cepat melihat hasil; menjadi tenang dengan bersabar menghadapi proses, bertenang dalam kesibukan dan reda dengan masa lalu.

Kisah Usamah ini benar-benar mencerminkan realiti dalam kehidupan seorang Muslim. Berdirinya seorang hamba di atas muka bumi ini, pasti sudah ada jalan yang perlu ditempuhi bagi mencapai tujuan hidup. Yang membezakan antara satu sama lain adalah jalan hidup masing-masing yang sudah ditentukan, semestinya pilihan yang diambil berbeza tetapi tujuan masih sama.

Manusia itu terdorong dengan motivasi sendiri dalam keadaan yang paling mendesak jiwanya; ia sanggup melalui apa-apa jalan sekalipun jalan itu mencabar nafsu amarahnya. Apa yang ia tahu, ia mendapat jawapan dan hasilnya.

Usamah juga tanpa sedar telah bersabar dalam menempuhi proses kehidupannya walaupun penuh dengan tali yang berselirat di dalam kepala. Tidak sabar ia menemui jawapan dan hasil daripada usahanya.

Akhirnya, ia menemukan makna. Dia menemukan makna ketika masih lagi dalam proses menuju destinasi akhir, dan semestinya proses ini masih lagi panjang. Jauh dia berkelana mencari semula jiwa dan nafas baru dalam mencari erti perjuangan menjadi seorang penulis yang disayangi Tuhan.

Bukanlah hasil yang didambakan, namun proses itu sedikit sebanyak menemukan makna yang akan menjadi pegangan baru kepada Usamah; menjadi penulis yang disayangi Tuhan dan menghasilkan karya berdasarkan perlunya kepada jalan menuju reda Allah.

Kadang, manusia terlalu meminta hasil yang nyata di depan mata, merintih penuh pengharapan agar itulah yang terbaik dan memuaskan batinnya, namun tidak dapat tidak kita lari daripada kenyataan bahawa Allah yang Maha Mengetahui dan Memberi, Dia pasti tahu perkara yang terbaik untuk dilimpahkan kurnia kepada hamba-Nya.

Disediakan oleh: Jiha Jahari


Leave your vote

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.