“Domain positivis dalam kemajmukan ranah antropologi dan linguistik sebagai sebuah tatanan keilmiahan”

Berbicara mengenai Levis Strauss, sosok ini juga merupakan pahlawan-pahlawan besar dalam bidang sosiologi. Sosok ini, begitu masyhur di Barat pada tahun 1960 hingga tahun 1970an. 

Di Indonesia, dalam kalangan ilmuwan sosial-budaya, nama Levis Strauss ini juga tidak dipinggirkan, yang mana jejak-jejaknya begitu kuat dan mempunyai ‘ramuan’ dan ‘acuan’ yang tersendiri dalam pemikiran sosial budaya. Semasa membaca karya-karya Clifford Geertz yakni “Tafsiran Budaya”, sosok Levis Strauss telah dipetik di dalam risalah tersebut. Justeru, saya pun mula ‘menerokai’ karya-karya beliau yang juga mengalir deras dalam bidang sosiologi ini.

Levi Strauss (1829–1902) | Jewish Immigrants in San Francisco | American  Jerusalem

Dalam akademik Indonesia, para ilmuwan juga mengangkat fikiran-fikiran kritis Levi Strauss, sebagai ‘bumbu-bumbu’ yang berkumandang dalam dunia pemikiranya tersendiri. Catatan-catatan yang dikemukan oleh sosok ini, begitu kritis yakni ‘positivisme struktural’ dan “struktural fungsional’. Pada jabarnya, pemikiran sosok ini juga dipengaruhi Marx, Freud dan Emile Durkheim yang dianggap sebagai bapa sosiologi.

Pada catatan pengantar, bahagian bab pendahuluan penulisan memberikan ‘taman-taman’ dan ‘kuntum-kuntum’ mengenai strukturalisme dalam konteks sosiologi, serta pandangan-pandangan Levis Strauss yang masih banyak belum diketahui dan hubungan strukturalisme dalam psikoanalisis Sigmund Frued.

9780841902589: Levi-Strauss: Structuralism and Sociological Theory -  AbeBooks - Badcock, C. R.: 0841902585

Pertamanya, hendaklah kita cermati dahulu apa makna positivistik dan fungsionalistik. Secara akar etimologinya, positivistik ini bermaksud satu pengetahuan yang saintifik yang positif mengenai antropologi dan linguistik struktur manusia (sebuah epistemologi baru, sebuah gedung ilmu antropologi dengan filsafat baru yang lebih kukuh). Bagi fungsionalistik, ia bermaksud sebagai suatu model yang mempunyai paradigma-paradigma tersendiri yakni dasar model, konsep, metode penelitian, metode, analisis, dan kesimpulan.

Pada permulaan abad ke 19, pemikiran-pemikiran sosiologis yang masyhur ini yakni St.Simon, Auguste Comte dan Karl Marx disebut sebagai ‘Zaman Para Nabi’. Pada waktu ini, kehidupan sosok ini begitu sulit dan berbahaya, serta memprotes keadaan masyarakat masa kini dan depan, dengan nada yang retorik. Bagi Comte dan St Thomas, kedua sosok ini digelar ‘Nabi Sosiologi’ kerana mendirikan gereja yang memberikan satu manfaat dan pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian.

Karya terbesar Levi Strauss seperti ‘The Elementary Structures of Kinship’, ‘The Savage Mind’ dan ‘Mythologiques’ adalah karya yang berusaha memiliki sebuah solusi dalam ilmu sosiologi. Karangan ‘The Elementary Structures of Kinship’ ini juga mempunyai ‘kuntum-kuntum yang berisi, mengenai suatu masyarakat sebagai suatu sistem pertukaran jelas dalam teori sosiologi.

The elementary structures of kinship. (1969 edition) | Open Library

Levi Strauss sendiri berpandangan bahawa, fakta sosial ‘alamiah’ ini ialah sebahagian daripada ‘inti-inti’ universal bagi semua masyarakat. Fakta sosial ini juga merupakan, ‘sifat budaya’ yang penting, di mana terdapat satu tatanan alam menjadi satu karakteristik dalam nuansa sosiologi. 

Alam juga diangkat oleh sosok ini, sebagai satu yang umum bagi manusia dan diperlihatkan oleh manusia secara bebas, yang dipengaruhi oleh masyarakat atau satu adat yang dilakukan pada kebiasanya. Justeru, alam ini mempunyai dua pengertian yakni alam dianggap sebagai dunia yang luar biasa yang dilihat menggunakan pancaindera, seperti kita memahaminya dengan tidak memasukan dalam budaya. Manakala yang kedua ialah, alam digunakan dalam pengertian ‘alam manusia’ khususnya dalam pengembangan sosiologis.

Pada pengamatan Levi Strauss, mengenai asal-usul masyarakat dan budaya hampir sama dengan teori yang disajikan oleh Rousseau. Jika ditelusuri dari teori kontrak sosial, pada dasarnya garis besar ini benar-benar sama. Kedua sosok ini menyatakan bahawa ‘keadaaan alam sudah ada sebelum manusia itu anti sosial, tetapi sebahagian jumlah sedikit ini non-sosial’.

Mauduk seterusnya, Totemisme bagi Levi Strauss ialah satu sistem dan pemikiran yang penting serta merupakan satu bagi ‘bricolage’ otak. Unsur-unsur bricolage ini ditransformasikan ke dalam unsur-unsur tanda yang dipinjam daripada Ferdinad De Saussure. Levi Strauss beranggapan tanda ialah satu yang terletak separuh jalan antara persepsi dan konsepsi. Misalnya, haiwan dan tanaman ini dijadikan satu alat dalam mengatur tatanan alam, di mana dalam Totemisme ia mempunyai tujuan yang tersendiri.  

Merujuk metode-metode Levi Strauss dalam konteks sosiologi, sosok ini juga menggunakan  dua cara yang diguna pakai yakni, yang pertama ialah untuk menganalisis sebuah budaya sebagai ‘kode’ melalui pendekatan Durkheim yang melibatkan fungsionalisme dan normatif-normatif. Dan yang kedua, untuk menganalisis budaya berbentuk ‘pesan’, Levi Strauss menggunakan Marxisme untuk melihat hubungan-hubungan material dan menganalisa isu perubahan sosial.

Namun, pada bab keempat dalam buku ini debat berlaku antara dengan Levi Strauss dan Jaul Paul Sarte. Sosok Sarte menyatakan dengan cara yang cukup sederhana bahawa, ‘antropologi haruslah memasukkan inti-inti Marxisme dan ideologis’. Hal ini kerana akal merupakan satu fungsi dalam dialektis dan dialektika materialisme serta akal harus mempunyai pasangan yang sejati.

Bagi Levi Strauss, sejarah juga merupakan satu kode kerana peristiwa-peristiwa sejarah adalah satu tanda yang mempunyai sifat ‘arbitrer’. Keperluan sejarah juga merupakan satu kelengkapan dari masa lalu, di mana ia akan menghasilkan satu fakta sosiologi, yang dikenali sebagai ‘masyarakat yang panas’. Lebih-lebih lagi, sejarah juga dianggap sebagai satu struktur, yang merangkumi aspek budaya dalam bentuk konseptual. 

Di dalam bab yang terakhir, Levi Strauss menyatakan bahawa antropologi struktural ini adalah sebuah mite. Hal ini juga disebabkan, sejarah merupakan sebuah kode untuk manusia berkomunikasi melalui tatanan simbolik, yang diungkapkan melalui pesan dalam suatu budaya tersebut. Oleh itu, tanda-tanda dalam antropologi ini dikenali sebagai sifat bahasa (arbitrer). 

Dalam erti kata lain, antropologi struktural dan budaya-budaya primitif ini juga berusaha menciptakan kode dengan alat-alat sendiri untuk berkomunikasi. Setiap kode, dalam alam dan budaya primitif ini, adalah membawa makna yang berbeza dan mempunyai makna yang tersirat. Tambahan pula, untuk mengkaji sesuatu budaya hanya kode sinkronik sahaja yang diguna pakai dalam mengkaji suatu budaya.

Akhir kata, naskah ini amat sesuai dan senang dicermati, melalui linguistik-linguistik yang digunakan di samping dapat menambahkan pengetahuan dalam bidang antropologi dan sosiologi melalui pijakan utama sosok Levis Strauss yakni strukturalisme dan fungsional.

Disediakan oleh,

Jiji Vsop

***

Rujukan

Diterjemahkan dari buku: Levi-Strauss: Structuralism and Sociological Theory, (Hutchinson, London, 1975). 

Leave your vote

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.